REVIEW BUKU : HOW TO DIE KARYA SENECA

Review Buku How To Die Karya Seneca

BELI BUKU DI SINI

JUDUL : HOW TO DIE, AN ANCIENT GUIDE TO THE END OF LIFE
AUTHOR : SENECA (JAMES S. ROMM, Diterj.)
PENERBIT : PRINCESTON UNIVERSITY PRESS
TAHUN TERBIT : 2018
GENRE : SELF HELP, NON FICTION
JUMLAH HAL : 256 Hal.
BAHASA : INGGRIS
ISBN : 9781400889488, 1400889480
RATING : 4/5

How To Die : Panduan Kuno untuk Akhir Hidup, Karya Seneca


How to Die: An Ancient Guide to the End of Life adalah buku filsafat kematian yang ditulis oleh Seneca. Seorang Filsuf Stoik dari Romawi yang mengajarkan tentang bagaimana menghadapi kematian yang baik. (Disclaimer : artikel ini mengandung spoiler). 

Alasan Membuat Review Buku

How To Die Seneca

Sejujurnya saya membeli buku ini karena pengaruh kuat dari hati agar membawanya pulang dari rak pajang di Gramedia Pejaten Village. Masa itu adalah masa Pandemi Covid di mana tak hanya soal aktivitas sehari-hari saja yang terganggu tetapi juga secara mental pun mendapatkan dampak yang tidak baik-baik saja.

Saat itu saya mengalami badan yang tidak sehat. Meski saya tidak pernah memeriksakan diri tetapi gejala sakit yang saya alami kala itu menyerupai penderita covid. Di mana hidung saya tidak lagi berfungsi dengan baik. Saya mual berkepanjangan bahkan sempat muntah darah. Pada masa itu, yang terlintas di kepala saya hanya satu, "Ya Tuhan, jika penyakit ini yang membawaku berpulang kepadaMu, inshaAllah hamba ikhlas".

Entah kenapa saat itu saya merasa harus pasrah. Setidaknya sebelum saya pergi selamanya, saya memiliki kesadaran bahwa "Tuhan akan membawaku pulang !". Tapi rupanya, KehendakNya tidak sama dengan dugaan saya. Karena hingga detik ini, Alhamdulillah saya masih bisa beraktivitas seperti semula. Yang membedakan, secara "kesadaran" saya merasa lebih dekat kepadaNya dibandingkan sebelum menderita Covid 19.

Setelah saat itu, pikiran saya tidak pernah lepas dari yang namanya "kematian". Bukan berarti saya ingin mati, "tetapi saya semakin sadar bahwa suatu waktu saya pasti mati. Jika bukan hari ini, tentu lain hari, lantas bagaimana cara saya mempersiapkan diri ?"

Pemikiran itulah yang membuat saya tertarik untuk membeli buku ini. Saya ingin mempelajari tentang bagaimana seorang Seneca menghadapi Kematian yang bisa saja merenggutnya kapan saja. Dan saya juga ingin belajar tentang apa saja yang perlu saya lakukan agar tidak lagi merasa takut dengan kematian.

Isi Buku How To Die

Isi buku How To Die

Buku ini adalah kumpulan dari meditasi-meditasi Seneca tentang kematian dan cara mati yang baik. Buku ini disunting dan diterjemahkan oleh James S. Romm, seorang profesor di Bard College. Buku ini menampilkan pemikiran yang provokatif dan gaya penulisan yang menawan dari Seneca, di mana ia berbicara dengan kejujuran yang mengejutkan tentang perlunya menerima kematian atau bahkan, dalam kondisi tertentu, justru mencarinya.

Bagi Seneca, saat menghadapi kematian sejatinya kita harus belajar. Sama seperti menjalani kehidupan yang serba belajar, pada dasarnya saat kita menghadapi kematian pun perlu tahapan-tahapan khusus yang harus dipelajari, di antaranya :

Persiapkan Diri Anda

Seneca percaya bahwa hidup hanyalah perjalanan menuju kematian dan kita harus berlatih untuk mati sepanjang hidup. Di sini, ia memberi tahu kita bagaimana berlatih untuk mati, bagaimana menghadapi kematian dengan tenang dan tanpa rasa takut, dan bagaimana menghindari penyesalan atas hal-hal yang tidak dilakukan selama hidup.

Jangan Takut

Bab ini berisi surat-surat Seneca yang memberikan nasihat-nasihat tentang bagaimana menghilangkan rasa takut terhadap kematian, dengan menyadari bahwa kematian adalah sesuatu yang alami dan tak terhindarkan, dan dengan mengandalkan kekuatan batin dan akal sehat.

Menurut saya kepasrahan dan keikhlasan adalah salah satu upaya mengurangi rasa takut akan kematian. Namun untuk bisa menjadi pasrah kita harus memahami dan belajar tentang Qada' dan QadarNya. Dengan begitu kita bisa menerima segala ketetapanNya dengan rasa ikhlas.

Jangan Ada Penyesalan

Bab ini berisi surat-surat Seneca yang memberikan nasihat-nasihat tentang bagaimana menghindari rasa menyesal atau meratapi kematian, dengan menyadari bahwa kematian adalah kesempatan untuk melepaskan diri dari segala keterikatan dan penderitaan dunia, dan dengan bersyukur atas setiap momen dalam hidup.

Kegagalan dan keberhasilan hanyalah sebuah proses yang harus kita hadapi untuk bisa memahami dan menumbuhkan kesadaran dalam diri kita. Tidak seharusnya kita berhenti melangkah karena kegagalan ataupun keberhasilan. Semua hal yang terjadi hanyalah aspek-aspek yang perlu kita sebelum kematian akan mendatangi kita.

Bebaskan Diri Anda

Seneca menekankan tentang universalitas kematian, pentingnya kematian sebagai upacara akhir dalam hidup, dan kemampuannya untuk membebaskan kita dari rasa sakit, perbudakan, atau penindasan politik. Ia memberikan contoh-contoh dari orang-orang yang memilih untuk mati dengan terhormat, seperti Kato, yang bunuh diri daripada tunduk pada Julius Caesar, atau Socrates, yang minum racun daripada mengkhianati prinsip-prinsipnya.

Meski dalam konteks ini, saya tidak sepenuhnya setuju tentang kematian yang didasari bunuh diri. Karena bagaimana pun, sebagai umat muslim yang percaya adanya kehidupan setelah kematian, maka bagi saya kematian adalah awal kehidupan lain yang kekal. Maka ketika pilihan kita sendiri dengan cara mati yang menyakitkan, maka kita akan membawa sakit itu menjadi kekal. Kecuali jika kita mati karena terbunuh atau sebab lainnya.

Bunuh diri adalah kematian atas dasar keputusasaan di mana rasa putus asa ini akan tetap kita bawa pergi selamanya. Meski begitu saya juga tidak pernah tahu hal apa saja yang melatarbelakangi seseorang untuk melakukan bunuh diri. Terkadang depresi dan rasa sakit yang tak terhingga mampu merenggut cara berpikir orang lain dengan cara yang tidak sehat.

Jadilah Bagian dari Keseluruhan

Seneca juga membahas tentang hubungan antara kematian dan alam semesta, dan bagaimana kita harus melihat diri kita sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar. Ia mengajarkan kita untuk tidak terikat pada tubuh kita yang fana, tetapi pada jiwa kita yang abadi, yang akan kembali ke sumbernya setelah kematian. Ia juga mengingatkan kita untuk bersyukur atas hidup yang telah kita jalani, dan untuk tidak mengeluh atau mengelak dari kematian yang tak terhindarkan.

Pada dasarnya jika kita cerna dengan baik, buku ini merangsang kita untuk berpikir tentang "bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan sebelum mati ?". Jika kita menginginkan kematian yang baik, maka kita juga harus menjalani kehidupan yang baik pula. 

Misalnya saja, ketika kita ingin meninggal dalam keadaan khusnul khotimah, maka sudah seharusnya kehidupan yang kita jalani pun tak boleh jauh dari jalan Tuhan (kebenaran). Bagaimana mungkin kita menginginkan sesuatu yang bahkan tidak pernah kita kerjakan selama hidup. Tentu sulit bukan ? Untuk bisa memenuhi target yang kita inginkan, tentu kita harus menjalani prosesnya hingga selesai.

Berlatihlah Apa yang Anda Ajarkan

Bab ini berisi surat-surat Seneca yang menunjukkan bagaimana ia berusaha mengamalkan apa yang ia ajarkan tentang kematian, dengan menjalani hidup yang sederhana, jujur, dan bermoral. Bab ini juga berisi epilog yang menggambarkan bagaimana Seneca menghadapi kematian dengan keberanian dan keteguhan hati, ketika ia dipaksa untuk bunuh diri oleh Kaisar Nero.

Pada akhirnya, ilmu itu hanya akan ada dampaknya apabila diamalkan. Kita akan tetap merasa menderita jika hanya bisa mengatakan "saya sudah ikhlas" tetapi secara pengamalan tidak dilakukan dengan ikhlas. Maka, sebelum mengatakan sesuatu baiknya kita amalkan dulu, biar kita tahu dampak seperti apa yang kita rasakan.

Kesimpulan

Buku ini adalah panduan yang berharga untuk siapa saja yang ingin belajar bagaimana mati dengan bijak dan bermartabat, sesuai dengan ajaran Stoik. Buku ini juga menawarkan wawasan yang mendalam tentang pemikiran dan kehidupan Seneca, yang dirinya sendiri mengalami kematian yang tragis atas perintah Nero, kaisar yang pernah ia bimbing. Buku ini juga dilengkapi dengan teks Latin asli dari tulisan-tulisan Seneca, catatan, dan epilog yang menyajikan deskripsi Tacitus tentang bunuh diri Seneca yang mengerikan.

Meski saya tidak pernah membayangkan tentang bagaimana mengerikannya kematian Seneca, tetapi paling tidak setelah membaca buku ini saya memiliki perubahan dalam hidup yang cukup signifikan. Buku ini tidak layak dan tidak saya rekomendasikan kepada mereka yang sedang tidak baik-baik saja. Karena saya khawatir mereka memiliki respons yang berbeda saat membacanya. Kita tahu tidak semua orang mampu menyimpulkan pembahasan yang sama meski topik dan bahasan yang dibaca sama.

Buku ini saya rekomendasikan kepada mereka yang memang ingin belajar tentang bagaimana seharusnya kita menjalani hidup jika kita sudah tahu target kehidupan terakhir kita seperti apa. Terkadang kita ini baru bisa mengambil langkah yang cukup signifikan setelah tahu target seperti apa yang ingin dicapai, termasuk tentang bentuk kematian yang kita inginkan.

Referensi

  1. How to Die: An Ancient Guide to the End of Life - Seneca - Google Books. Diakses pada 2 Februari 2024 dari https://books.google.com/books/about/How_to_Die.html?id=Mww8DwAAQBAJ.
  2. How to Die: An Ancient Guide to the End of Life (Ancient Wisdom for .... Diakses pada 2 Februari 2024 dari https://mitpressbookstore.mit.edu/book/9780691175577.
  3. How to Die: An Ancient Guide to the End of Life by Seneca - Goodreads. Diakses pada 2 Februari 2024 dari https://www.goodreads.com/book/show/36582041-how-to-die.
  4. How to Die | Princeton University Press. Diakses pada 2 Februari 2024 dari https://press.princeton.edu/books/ebook/9781400889488/how-to-die.

Post a Comment

0 Comments